Pages

Tuesday 18 October 2011

Make Up Polos untuk Wajah Segar Alami

Pernah memperhatikan make-up pada model di sampul majalah? Anda tahu si model aslinya tidak secantik itu, tapi riasan yang terlihat polos dan natural itu tetap membuat wajahnya berubah lebih cantik. Manglingi, kata orang Jawa. Untuk membuat wajah terlihat lebih segar dan berkilau dengan make-up polos atau nude, modalnya bukan cuma lipstik dengan warna bibir. Ada lima alas make-up yang bisa Anda gunakan.

1. Moisturizer
Memakai pelembab akan membuat kulit yang sehat dan terlihat segar. Gunakan pelembab yang diformulasikan untuk tipe kulit Anda (kering, berminyak, normal, atau kombinasi) pada pagi dan malam hari. Membersihkan riasan wajah sebelum tidur wajib dilakukan, agar make-up dan kotoran tidak tertinggal dan akhirnya menyumbat pori-pori. Aplikasikan pelembab setelah Anda mencuci wajah dan leher dengan sabun muka, lalu lakukan pijatan dengan ujung jari untuk memastikan  krim pelembab terserap sempurna oleh kulit.

2. Concealer
Concealer bisa Anda gunakan untuk menyamarkan bintik-bintik kemerahan atau jerawat muda. Concealer dengan warna beige akan memberikan cahaya pada area yang sedikit gelap, seperti lingkar hitam di bawah mata. Pulas sedikit saja bahan penyamar ini pada area yang kemerahan, gelap, dan warna kulit yang kurang sempurna. Ratakan sampai warnanya menyatu dengan warna kulit. Concealer berwarna pink atau beige cocok untuk Anda yang berkulit pucat. Sapukan pada kening, hidung, pipi, dan dagu, agar warnanya lebih hidup. Untuk yang berkulit gelap, pilih concealer warna aprikot untuk dioleskan pada tulang pipi untuk membuatnya lebih berkilau.

3. Foundation
Pilih foundation yang ringan dan berkilau, dengan tekstur yang berdaya serap tinggi. Alas bedak yang baik tidak akan menimbulkan kesan seperti dempul dan membuat muka terlihat putih, melainkan yang menyerap rata ke seluruh kulit. Hasilnya adalah kesan polos yang alami. Aplikasikan sedikit saja alas bedak ini pada hidung, kening, dan dagu, lalu sapukan ke arah luar menggunakan ujung jari sampai tercampur sempurna pada kulit.

4. Blush on
Ingin membuat wajah terlihat segar berseri-seri? Blush on bisa merefleksikan cahaya pada kulit. Sapukan secara melingkar pada tulang pipi, atau aplikasikan sepanjang pelipis untuk menciptakan kesan yang lebih glamor. Dengan blusher, Anda bisa menonjolkan make-up namun tetap terlihat natural. Untuk itu, jangan takut bermain-main dengan warnanya. Sentuhan warna pink, koral, atau aprikot pada tulang pipi bisa meningkatkan rona yang lebih segar.

5. Maskara
Gunakan maskara yang dapat memberi kesan bulu mata lebih lentik dan panjang. Mata akan terlihat lebih bulat dan hidup, saat diaplikasikan pada riasan kulit yang polos. Agar bulu mata terlihat lebih panjang, pulas maskara secara membujur dari kanan ke kiri (bukan dari bawah ke atas). Gunakan sikat untuk memisahkan dan melentikkan bulu mata secara maksimal. Bila Anda ingin memakai bulu mata palsu, pilih yang sedikit lebih panjang daripada bulu mata Anda, lalu aplikasikan maskara dari sudut luar mata Anda.

Pentingnya Make Up untuk Perempuan Berkarir

Penampilan luar, bagaimana pun, tetap menjadi fokus perhatian bahkan sorotan. Siapa pun suka melihat keindahan bukan? Keindahan fisik juga didukung oleh make-up yang mempercantik bahkan mengoreksi wajah Anda. Karenanya, make-up menjadi penting bagi Anda yang sedang meretas dan merintis karier.

Make-up untuk pekerja pemula, mau pun perempuan berkarier di berbagai tingkatan level tak harus berlebihan. Cukup dengan mengaplikasikan tata rias wajah dasar, dengan penggunaan sejumlah perlengkapan kosmetik sederhana.
 
Prinsipnya, make-up untuk perempuan berkarier adalah untuk menciptakan penampilan natural, berbeda serta lebih segar.  
make-up dan karier memiliki keterkaitan yang erat, bahkan saling bergantung. Tak berlebihan jika dikatakan, make-up turut menunjang kesuksesan dalam karier, baik bagi pemula mau pun perempuan bekerja yang sedang merintis karier-nya.

Make-up sederhana dan natural bisa membuat penampilan berbeda dengan pengaplikasian make-up yang benar. Penampilan luar, bagaimana pun, menjadi penilaian awal. Setidaknya, dengan make-up karyawan terlihat lebih segar. Begitu pun saat presentasi pekerjaan. Make-up menunjang penampilan dan kepercayaan diri saat presentasi.
 
 

Karyawan juga Harus Punya Mental "Entrepreneur"

Apa yang pertama kali terlintas di benak Anda saat mendengar istilah “mentalitas entrepreneur”? Banyak orang langsung mengartikannya sebagai mentalitas pedagang yang berorientasi meraup sebanyak-banyaknya untung, dan tujuannya “UUD” alias “ujung-ujungnya duit”.
Dengan pengertian ini, banyak orang yang secara halus ataupun terang-terangan menolak untuk mengembangkan mentalitas entrepreneur. Ada yang merasa tidak berbakat, ada pula yang menilai mentalitas ini tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ia pegang karena ia lebih mengunggulkan nilai-nilai lain ketimbang berfokus pada upaya untuk mencari uang saja. Sebagian orang beranggapan bahwa entrepreneur atau wirausaha adalah sebuah profesi atau alternatif profesi, ketika misalnya ia sudah pensiun. Dengan pandangan yang sempit mengenai kewirausahaan, tak heran bila kita melihat banyak orang yang banting setir menjadi wirausahawan malahan tidak berhasil.

Istri teman saya, yang suaminya bekerja sebagai pegawai negeri, mempunyai sebuah kebiasaan positif. Setiap menempati pos baru, ia mengajak suaminya bersilaturahmi ke tetangga baru dan para pejabat di kota itu. Setelah berkeliling selama satu minggu, sang istri biasanya sudah akan mengantongi beberapa murid yang berminat belajar bahasa Inggris dan belajar merangkai bunga di rumahnya. Sang istri yang berprofesi sebagai guru les ini, selain happy, nyatanya juga berpenghasilan lebih dari gaji suami sehingga keluarga hidup nyaman dan tidak berkekurangan.
Kita lihat bahwa nafas berwirausaha tidak sebatas ada pada para pedagang atau pengusaha. Seorang ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru les saja bisa mempunyai semangat berwirausaha dan tidak pernah kehilangan kesempatan. Mentalitas wirausaha ini sebetulnya ditandai dari adanya semangat berprestasi dan kejelian menangkap serta menciptakan peluang untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Apakah semangat entrepreneur yang demikian ampuh ini tidak perlu dikembangkan dalam diri para karyawan dan pekerja kantoran?

Dalam keadaan ekonomi di mana kemapanan sudah tidak ada lagi, kita memang selalu akan dituntut untuk melakukan perbaikan. Perbaikan selalu bermuara pada kebutuhan pasar dan juga inovasi produk yang menjawab kebutuhan tersebut. Seorang pemilik perusahaan atau CEO memang dituntut untuk berpikir kreatif, melihat jalan keluar, dan menemukan produk-produk baru. Namun, bila perusahaan dipenuhi karyawan yang menjauhi mentalitas entrepreneur, siapa yang akan mengusung misinya dan mengimplementasikan ide-ide si pucuk pimpinan? Apakah perusahaan bisa survive bila dalam kultur perusahaan tertanam faham bahwa yang perlu berpikir secara wirausaha, hanya individu bagian tertentu saja, atau bahkan cukup si empunya perusahaan dan CEO-nya? Bukankah para karyawan lah yang akan menggerakkan roda perubahan bisnis yang disuarakan oleh para pucuk pimpinan?

Ukuran sukses
Dalam organisasi besar, di mana manajemen kinerja sudah dikembangkan dengan mantap, ukuran sukses kerap dihubungkan dengan pencapaian KPI (key performance indicator). Kita tahu bahwa memastikan pencapaian KPI adalah hal yang sangat penting dan positif, namun kita tentu sadar bahwa perusahaan kita ada di ambang masalah bila banyak karyawan berpuas diri dengan mengatakan: “Pokoknya, KPI kami sudah tercapai.” Kita pasti segera menyadari bahwa mekanisme fleksibilitas, menyusun prioritas, mendahulukan kepentingan pelanggan, mengendus perubahan pasar, dan mengetatkan barisan karena serangan kompetitor tidak bisa dijamin oleh pengukuran-pengukuran ini.

Mengembangkan mentalitas entrepreneur berarti mengajak setiap individu untuk melihat dirinya sebagai profesional sukses, di mana kesuksesan tersebut sambung-menyambung dan terus hidup untuk menyambut tantangan baru. Pengusaha kripik home-industry di kota Bandung, yang bisa meraup keuntungan puluhan juta rupiah per hari, mengungkapkan bahwa mereka mengembangkan pemasaran dari para rekan-rekan dan karyawan yang mereka sebut sebagai “jendral”. Para “jendral” dengan mentalitas entrepreneur yang terus berpikir kreatif inilah yang menghidupkan bisnis dan terus memperluas jaringan. Hal ini bisa dilakukan dengan membangkitkan rasa percaya diri dan memberi tanggung jawab kepada individu sehingga setiap orang bisa merasakan seolah dirinya adalah mesin produksi yang selalu memutar roda giginya dan berkata pada dirinya sendiri: “Saya bisa! Saya bisa!”

Menciptakan sukses
Pengertian sukses sebagai profesional sekarang perlu mengacu pada konsep diri yang lebih dalam. Kita tidak bisa lagi mengembangkan konsep diri sebagai "ambtenar" yang menunggu instruksi dari "pusat" atau "atas". Setiap individu, apapun dan di manapun posisinya, harus sudah menjadi pemain dalam bisnis yang dijalankan perusahaan. Ini berarti kita sendiri yang mesti punya visi mengenai seperti apa kita nantinya di masa datang.
Dengan sasaran pribadi yang jelas, kita otomatis akan lebih siap untuk menguatkan intensitas kerja dan lebih tahan terhadap kesulitan yang menghadang. Paradigma bahwa perusahaan yang bertanggung jawab untuk menyediakan sukses karier, kenaikan pangkat, penambahan fasilitas, sudah usang. Sukses karier hanya bisa dijamin oleh diri sendiri. Semua orang tahu bahwa kesempatan itu sebenarnya ada, bahkan gratis, tetapi harus ditemukan. Inilah salah satu inti dari mentalitas entrepreneur.

Kita juga perlu sadar bahwa kesempatan hanya bisa diraih oleh individu yang sudah punya ancang-ancang. Daud tidak mungkin bisa mengalahkan Goliat, bila ia tidak beribu kali berlatih bermain katapel. Itu sebabnya kerja keras, berlari kencang, bekerja dengan passion sudah harus standby ketika kesempatan datang. Tidak ada yang mengatakan bahwa mengembangkan mentalitas entrepreneur ini hal yang mudah. Namun, sikap mental yang sekadar menunggu sudah jelas tidak mendapatkan tempat lagi di kancah persaingan profesi sekarang ini.

Eileen Rachman & Sylvina Savitri/EXPERD CONSULTANT : kompas[dot]com


Sunday 16 October 2011

Salah Antibiotik Membuat Bayi Sering Sakit

"Dok, saya bingung, bayi saya ini, kok, sering sekali bolak-balik berobat karena penyakit yang sama, flu dan flu dan flu," kata seorang ayah di ruang praktik dokter spesialis anak, yang segera dilanjutkan oleh istrinya, "Iya, Dok. Padahal bayi saya ini sudah diperlakukan sesuai dengan apa yang dokter sarankan, diberi ASI eksklusif, saya makannya sudah 4 sehat 5 sempurna yang dimasak matang, kebersihan kamar dan rumah oke, begitu juga dengan ventilasi udara dan cahaya, sudah sesuai standar kesehatan internasional, deh."
Sebelum si dokter sempat menjawab, si ibu kembali berkata, "Oh, ya, Dok, di rumah saya tidak ada perokok, pendingin udara di kamar dipatok pada suhu 25 derajat celcius, setiap pagi AC dimatikan dan membuka jendela lebar-lebar. Juga tak hanya antibiotik, semua obat yang diberikan dokter selalu dihabiskan seperti apa kata dokter."
Sambil menulis resep, si dokter menanggapi, "Bu-Pak, kita semua ini manusia yang masih sedikit sekali ilmunya. Jadi pertahankan apa yang telah disebutkan Bapak dan Ibu tadi. Sekarang kita coba dulu dengan obat yang ini, mudah-mudahan berhasil."

"Basi!" Mungkin pernyataan ini yang akan keluar dari mulut si bapak dan ibu tadi. Mungkin juga kita akan mengucapkan hal yang sama, jika hal itu-itu saja yang dikemukakan dokter setiap kali kita mempertanyakan kenapa si kecil harus sakit saban minggu.

GARA-GARA ANTIBIOTIK
Menurut Prof. Iwan Darmansjah, MD, SpFK., bayi seharusnya ditakuti oleh penyakit alias jarang sakit. Mengapa? "Karena bayi masih dibentengi imunitas tinggi yang dibawanya dari dalam kandungan, juga diperoleh dari air susu ibunya. Jadi, penyakit sehari-hari seperti flu ­yang ditandai panas, batuk, pilek-, penyakit virus lain, atau bahkan infeksi kuman, seharusnya dapat ditolak bayi dengan baik," papar senior konsultan Pusat Uji Klinik Obat Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (PUKO FKUI) ini.
Karenanya, jika bayi hampir saban minggu atau sebulan bisa dua kali bahkan lebih berobat ke dokter, lanjut Iwan, "Tentu akan timbul pertanyaan besar. Apakah ada yang salah dari lingkungan, apakah ada yang salah pada tubuh si bayi, ataukah dokter yang salah mendiagnosa."
Iwan berpendapat, jika bayi berobat ke dokter karena flu hanya sesekali dalam kurun waktu 6-12 bulan, masih terbilang wajar. Tetapi kalau sudah setiap 2-3 minggu sekali harus pergi berobat ke dokter, maka tak bisa dikatakan wajar lagi. "Kondisi ini bisa terjadi ­jika tak ada faktor penyulit serta sudah menghindari faktor pencetusnya-, kemungkinan besar karena si bayi selalu mengonsumsi antibiotik yang diresepkan dokter setiap dia sakit," ungkapnya.
Padahal, tidak semua penyakit yang dialami bayi, apalagi flu, harus diobati dengan antibiotik. Sekalipun antibiotiknya itu dalam dosis, takaran, atau ukuran yang sudah disesuaikan dengan usia, berat dan tinggi badan si bayi.

FATAL AKIBATNYA
Penting diketahui, antibiotik baru ampuh dan berkhasiat jika berhadapan dengan bakteri atau kuman. Antibiotik tak akan mampu membunuh virus juga parasit. "Nah, kejadian demam karena flu itu, kan, sekitar 90%, bahkan 95% disebabkan oleh virus. Jadi, salah kaprah sekali jika bayi flu harus minum antibiotik karena tak akan menyelesaikan masalah, apalagi menyembuhkan penyakit si bayi," bilang Iwan.
Kesalahkaprahan pemberian antibiotik ini akan ditebus mahal oleh bayi, yakni menurunkan imunitas tubuh si bayi. Makanya tak heran jika bayi yang setiap sakit demam selalu minum antibiotik, tidak akan lebih dari satu bulan pasti sakit kembali.
Lebih jauh lagi, antibiotik tak memperlihatkan efektivitasnya langsung terhadap tubuh manusia seperti obat lain, tetapi melalui kemampuannya untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan kuman. Nah, kalau tidak ada kuman jahat untuk dibunuh ia justru membunuh kuman yang baik, dan ini merupakan efek sampingnya. Selain itu antibiotik bisa menimbulkan resistensi kuman dan mengurangi imunitas anak terhadap virus dan kuman.
Meski resistensi kuman merupakan fenomena yang logis alamiah, tapi menurut Iwan, pemakaian antibiotik yang berlebihan dan tidak rasional bisa mempercepat resistensi kuman pada tubuh pasien.
Reaksi lain yang bisa dilihat karena pemberian antibiotik adalah timbul demam, reaksi alergi, syok, hingga yang terparah yaitu kematian, karena si bayi tak tahan terhadap antibiotik yang dikonsumsinya. "Jangankan bayi, orang dewasa saja bisa meninggal jika dia tidak tahan antibiotik yang diminumnya," tambah Iwan.

PENGGUNAANNYA HARUS TEPAT
Lain ceritanya, lanjut Iwan, jika bayi terkena penyakit yang disebabkan kuman atau bakteri. Sekalipun tidak wajib, bayi boleh saja menjalani terapi antibiotik untuk kesembuhannya. "Tentu harus dengan antibiotik yang sesuai untuk penyakit yang dideritanya." Jadi, antibiotik yang diberikan harus tepat dengan jenis mikroorganisme penyebab penyakit. Kalau tidak, maka penyakit tak akan sembuh.
Sebagai contoh, seperti dipaparkan Iwan, untuk mengobati bisul bisa digunakan Dicloxacillin, Flucloxacillin atau Eritromisin, Spiramisin, Roxithromisin, dan sejenisnya. Untuk mengobati radang paru-paru dapat digunakan antibiotik Penicillin G (injection ) dan seturunan Eritromisin di atas. "Tetapi bayi dan anak tak boleh mengonsumsi antibiotik Moxifloxacin untuk mengobati radang paru-parunya, kecuali orang dewasa." Sedangkan untuk mengobati tifus bisa menggunakan Kloramfenicol atau Ciprofloxacin. Khusus untuk bayi dan anak, jika tak tahan Kloramfenicol, maka dapat diberikan Ciprofloxacin.
Selain itu, pemberian antibiotik juga harus tepat dosisnya, tak boleh lebih ataupun kurang. Untuk ukuran dosis, tiap bayi berbeda-beda, tergantung seberapa parah penyakitnya, riwayat kesehatannya, hingga berat dan panjang badan si bayi. Terakhir, harus tepat pula kapan antibiotik itu diminumkan pada si bayi, berapa jam sekali, biasanya sebelum makan, dan boleh dicampur obat lain atau tidak. Yang perlu diperhatikan, penggunaan antibiotik tak melulu dengan cara diminum (per oral), tetapi ada pula yang lewat jalur injeksi.
Karena itu, jangan sekali-kali memberi antibiotik sendiri tanpa sepengetahuan dan resep dari dokter. "Ingat itu berbahaya dan percuma, karena hanya dokter yang tahu antibiotik A adalah untuk mengobati kuman yang peka terhadap A," tandas Iwan.
Hal penting lainnya, antibiotik harus dikonsumsi hingga habis supaya mikroorganisme yang menjadi sasaran antibiotik dapat dimusnahkan secara tuntas. Bila tak dihabiskan, kemungkinannya mikroorganisme tersebut akan menjadi kebal terhadap pemberian antibiotik sehingga penyakit tidak sembuh tuntas.

MENGGANGGU FUNGSI GINJAL
Penggunaan antibiotik yang tak perlu, ujar Dr. rer. nat. Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan (PUSKA RKL) Universitas Indonesia, bisa menyebabkan timbulnya kekebalan mikroorganisme terhadap antibiotik yang diberikan tersebut. Sehingga, jika timbul penyakit akibat mikroorganisme yang sudah kebal tersebut, pemberian antibiotik biasa tak akan mampu menyembuhkan penyakit tersebut sehingga harus dicari antibiotik yang lebih ampuh.
Selain itu, mengonsumsi antibiotik yang tidak tepat bisa membunuh bakteri yang justru diperlukan tubuh, dan bisa terjadi gangguan sistem biokimia dalam tubuh. Efek lainya, bisa mengganggu sistem ekskresi tubuh, "Dalam hal ini gangguan terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa antibiotik tertentu bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem ginjal."

KENAPA DOKTER "MENGOBRAL" ANTIBIOTIK?
Sekalipun dampaknya sudah jelas merugikan pasien, namun tetap saja masih banyak dokter meresepkan antibiotik padahal jelas-jelas penyakit yang diderita si bayi bukan lantaran kuman. Menurut Iwan, hal ini dikarenakan perasaan tidak secure seorang dokter dalam mengobati pasiennya.
Walau begitu, Iwan tetap tak setuju. "Kalau boleh terus terang, hingga sekarang saya juga bingung dan tak bisa mengerti, kenapa banyak sekali dokter yang berbuat sebodoh itu, pada anak-anak lagi," katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Bohong besar, tambah Iwan, jika dokter mengatakan kepada pasienya, penyakit flu atau pilek yang dideritanya akan bertambah parah jika tak diobati dengan antibiotik. Karena itu, sebagai pasien atau orang tua pasien harus berani dengan tegas menolak, "No antibiotik, jika penyakit yang kita derita bukan karena bakteri." Penolakan seperti ini adalah hak pasien, lo.

APA, SIH, SEBENARNYA ANTIBIOTIK ITU?
Antibiotik dibuat sebagai obat derivat yang berasal dari makhluk hidup atau mikroorganisme, yang dapat mencegah pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. "Antibiotik diperoleh dari hasil isolasi senyawa kimia tertentu yang berasal dari mikroorganisme seperti jamur, actinomycetes, bakteri. Hasil isolasi tersebut dikembangkan secara sintetik kimia dalam skala industri," kata Budi.
Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup dapat dijadikan antibiotik, karena antibiotik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Harus efektif pada konsentrasi rendah.
2. Harus dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis mikroorganisme.
3. Tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan.
4. Harus efektif melawan patogen.
5. Harus dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan aktivitasnya.
6. Harus dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian dihentikan.
7. Harus bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.

sumber : tabloid nova

The Power of Laughter

Semua orang suka banget dengan tertawa. Tiada hari tanpa tertawa. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa tertawa adalah obat terbaik. Dalam situasi sedih, sakit bahkan stres sekalipun, tertawa dapat mengembalikan keceriaan hati kita. 




Ilmu terbaik
Hasil penelitian menunjukan, tertawa membantu menolerir ketidaknyamanan psikis dan luka, menurunkan kadar gula dalam darah, memperkuat sistem kekebalan tubuh, meningkatkan energi, dan kardiologis menyarankan tertawa untuk meningkatkan aliran darah dalam arteri.

Manajemen krisis terbaik
Sebagai Ibu, kita tau bahwa mencerahkan mood membantu kita mengatasi situasi yang berat dalam keluarga. Seperti permusuhan dalam bersaudara atau lainnya, tertawa dapat merilekskan badan dan memfokus ulangkan pikiran, serta menyatukan orang. Memiliki rasa humor lebih dari memiliki sense of humor itu sendiri, karena ia adalah skill yang bisa dipelajari oleh anak-anak.

Pilihlah lebih bijak
Saat menggunakan humor, entah untuk mencerahkan mood atau memulihkan jiwa raga anak Anda, sadari subjek dari humor tersebut secara hati-hati. Coba gunakan humor di topik yang berbeda, atau ceritakan lelucon tua. Mulailah bercanda secara pelan-pelan dan berhati-hati, agar tidak menyakiti banyak orang.

Saturday 15 October 2011

Bijaksana Menggunakan Kartu Kredit

Banyak orang menyukai kartu kredit, karena kartu kredit merupakan pilihan pembayaran yang praktis tanpa perlu membawa uang cash. Kartu kredit akan sangat bermanfaat pada saat-saat darurat ketika kita tidak memiliki uang tunai. Misalnya saat harus membayar tagihan rumah sakit.

Meski menggunakan kartu kredit lebih leluasa dan mudah,  namun yang perlu diinget adalah menggunakan kartu kredit sama saja dengan berhutang. Karena kemudahannya dan tidak perlu mengeluarkan uang saat membeli sesuatu, sering membuat kita asyik berbelanja dan pada akhirnya total tagihan kartu kredit membengkak. Sehingga kita harus merencanakan kapan harus menggunakan kartu kredit dan kapan kartu kredit tidak kita gunakan.

Keleluasaan dan berbagai keuntungan yang ditawarkan oleh kartu kredit dapat kita sikapi dengan bijaksana, antara lain :
1. Jangan memiliki terlalu banyak kartu kredit 
Memiliki banyak kartu kredit akan membebani kita dengan iuran tahunan dan tentu saja akan menggoda kita untuk berbelanja lebih banyak lagi. Maksimal 2 kartu kredit yang kita miliki.
2. Anggarkan dana untuk kartu kredit
Dalam menyusun anggaran belanja, masukkan besarnya dana maksimal yang boleh digunakan oleh kartu kredit.
3. Mencatat pembelian yang menggunakan kartu kredit
Hal ini akan membantu kita untuk mengetahui berapa besar jumlah yang harus sehingga dapat membantu kita juga untuk 'mengerem' pembelanjaan selanjutnya.

4. Usahakan untuk selalu membayar penuh tagihan
Tujuannya adalah agar kita tidak terbebani dengan bunga yang besar. Bila kita sudah memiliki hutang kartu  kredit, prioritaskan dengan sungguh-sungguh untuk segera melunasi hutang kartu kredit kita.

5. Hindari menggunakan kartu kredit untuk menarik tunai
Kartu kredit bisa digunakan untuk menarik uang tunai di ATM, tetapi bunga penarikan tunai seringkali lebih tinggi daripada bunga pembelanjaan.

6. Waspadai penipuan kartu kredit
Modus penipuan kartu kredit semaki bermacam-macam. Oleh karena itu, tetaplah berhati-hati dengan tidak memberikan informasi mengenai kartu kredit kita dan informasi pribadi yang berkaitan dengan kartu kredit. Dan jangan pula meminjamkan kartu kredit kepada orang lain.

Jangan biarkan keungan kita memburuk dengan terlilit hutang kartu kredit dan gunakan kartu kredit secara bijaksana.

info dari Ayahbunda dan kumpulan info 

Tip Agar Tas tidak Mudah Rusak

Tas merupakan bagian penting dalam dunia fashion wanita. Karena tas mumpunyai banyak fungsi dan kegunaan, baik untuk digunakan sehari-hari, pada saat traveling atau bahkan pada saat pesta. Agar tas kesayangan Anda tidak mudah rusak, ikuti tip berikut :

1. Simpan tas dalam kain flanel atau plastik, lalu masukkan dalam ruangan yang kering dan tidak lembap. 

2. Jangan lupa mengisi bagian dalamnya dengan kertas pengisi agar bentuk tas tidak berubah. Anda dapat menggunakan kertas koran atau bungkus kado yang sudah tidak terpakai.

3. Masukkan sekantong silica gel ke dalam tas untuk menjaga kelembapannya. 

4. Keluarkan tas secara berkala, misalnya seminggu sekali, dan angin-anginkan agar tidak berjamur.

5. Jauhkan dari paparan langsung sinar matahari ataupun cahaya lampu agar warnanya tidak pudar.